This is featured post 1 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 2 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 3 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
Sabtu, 31 Desember 2011
Analisis Mengenai Pengaruh Pengenalan Komputer Pada Perkembangan Psikologi Anak
Posted by usmansoleh on 02.52
Terimakasih
sebelumnya kepada semua teman-teman yang telah memberikan doa dan dukungannya
sehingga cobaan berat yang saya lalui bisa ini menjadi ringan untuk saya dan untuk
menjadi pribadi yang lebih kuat. Kali ini kita ditugaskan untuk mengomentari
jurnal dan jurnal yang saya komentari berikut berjudul PENGARUH PENGENALAN
KOMPUTER PADA PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK. Anak merupakan titipan ilahi yang harus kita jaga tumbuh kembangnya agar
kelak bisa berguna bagi nusa dan bangsa, tetapi bagaimanakah jikalau anak itu
kita biarkan bebas berkeliaran tanpa batas dalam mengarungi kehidupannya
alih-alih untuk memberikan anak kebebasan.
Komputer barang yang
sudah tidak lagi asing di telinga kita bahkan pelajaran komputer telah masuk
dalam pembelajaran di sekolah terutama mengenai internet. Dalam jurnal yang
saya bahas kali ini ialah mengenai dampak pengaruh komputer pada perkembangan
psikologi anak baik dari pengaruh positif maupun pengaruh negatifnya, seperti
hal lainnya jikalau dalam pemakainya dilakukan dengan baik dan benar maka
dampak yang akan di dapat adalah dampak yang positif dan sebaliknya ketika digunakan
dalam pemakainya yang tidak benar maka dampak yang dihasilkan akan negatif.
Pemakaian yang terlalu
berlebihan walaupun digunakan dalam kegiatan yang positif juga akan
mempengaruhi perkembangan aspek fisik, kognitif, emosi, sosial,
dan motorik. Aspek fisik bisa meliputi seperti kelelahan, sakit mata, sakit
maag(bila jarang makan) dll. Kognitif bisa meliputi seperti pikiran yang selalu
tertuju pada komputer dan komputer baik di saat belajar maupun di saat di
lingkungan masyarakat. Aspek emosi bisa meliputi rasa emosi yang berlebihan
ketika tidak berada di lingkungan komputer. Aspek sosial bisa meliputi anak
yang tidak mampu bergaul dengan anak yang lainnya walaupun bergaul mereka
mungkin hanya mau jika sesama penggemar komputer.
Seperti yang
dijelaskan dalam jurnal ini, deketahui bahwasanya faktor-faktor perkembangan
itu terbagi menjadi 2 yaitu faktor hereditas(keturunan dan lingkungan. Faktor hereditas adalah faktor yang dibawa
dari gen orang tuanya, sedangkan lingkungan adalah apa yang ada di sekitarnya .
Faktor lingkungan bisa dikaitkan dengan peranan orang tua dalam mengasuh
anak-anaknya, ketika anak-anaknya diberi kebebasan yang tiada batas dalam
penggunaan komputer, maka jangan heran bila nantinya anak tidak bisa seperti
yang diharapkan oleh orang tuanya.
Erik Erickson
sebagaimana dikutip oleh Monks mengajukam delapan tahapan perkembangan psikologis
dalam kehidupan seorang individu dan itu semua bergantung pada pengalaman yang diperolehnya
dalam keluarga. Selama tahun pertama, seorang anak harus mengembangkan suatu kepercayaan
dasar (basic trust), tahun kedua dia harus mengembangkan otonominya, dan
pada tahun berikutnya dia harus belajar inisiatif dan industri yang mengarahkannya
ke dalam penemuan identitas dirinya. Pada usia sekitar 2 atau 3 tahun, anak
banyak belajar mengenai berbagai macam
koordinasi visiomotorik. Aktivitas-aktivitas senso-motorik telah dapat
diintegrasi menjadi aktivitas yang dikoordinasi. Hal ini penting misalnya pada
waktu mencontoh sebuah gambar atau sebuah benda. Apa yang dilihat dengan mata
harus dapat dipindahkan dengan motoriknya menjadi sebuah pola tertentu. Sekitar
tahun ke-4 semua pola lokomotorik yang biasa sudah dapat dikuasainya. Dan
kesemuanya itu haruslah dalam dilalui dengan baik dan benar serta berurutan
jika si orang tua ingin anaknya berkembang dengan baik.
Bisa saya simpulkan dalam pembahasan
jurnal yang berjudul PENGARUH PENGENALAN KOMPUTER PADA PERKEMBANGAN
PSIKOLOGI ANAK bahwa peranan orang
tua dalam mengawasi anak ketika menggunkan internet sangatlah penting entah
ketika anak bermain game, browsing internet dll jika ingin anaknya berkembang
dengan baik. Harus diberikan anak itu kebutuhan di saat yang tepat jikalau
tidak terlalu dibutuhkan hendaknya orang tua tidak memberikan anak itu dengan
apa yang dia ingikan dengan memberikan penjelasan-penjelasan yang bisa diterima
oleh si anak
Spesial Terimakasih
ke Mama Saya,You are The Best Mom
Sumber: http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1308/1067.%2029%20Desember%202011
Rabu, 21 Desember 2011
Tugas Sosiologi
Posted by usmansoleh on 05.02
Konsensus
Konsensus
merupakan suatu kesepakatan dalam berpendapat mengenai suatu isu yang kemudian
diadopsi oleh sebuah kelompok kepada kelompok yang lebih besar karena berdasarkan
kepentingan hingga dapat mencapai pada keputusan yang akan dikembangkan untuk suatu kegiatan yang
direncanakan
Bagaimana
konsensus dapat dibangun?
1.
Menetapkan aturan dasar:
•
a. Tidak boleh ada kritik – hanya
klarifikasi.
•
b. Butir-butir dapat diperdebatkan,
namun bukan orang-orang terkait.
•
c. Pemimpin sesi memiliki hak untuk
melanjutkan proses.
•
d. Debat dan diskusi personal dapat
dilanjutkan setelah pertemuan.
•
e. Bersikap profesional – bukan
personal.
•
f. Identifikasi seseorang untuk mencatat
luaran (output) pertemuan.
•
g. Pemimpin sesi memastikan diskusi
terfokus pada isu bukan orang.
2. Mengumpulkan masukan
Minta peserta menulis pada kartu dalam satu atau dua kalimat mengenai pemahaman mereka mengenai butir atau tugas yang sedang dibahas (misalnya masalah, tujuan proyek, dan lain-lain).
3. Memilih luasan
Kalimat ditempatkan di papan tulis dan dikelompokkan. Keharmonisan pemahaman serta pengalihan dari konsensus menjadi jelas – dan menjadi butir-butir diskusi untuk klarifikasi lebih lanjut.
Minta peserta menulis pada kartu dalam satu atau dua kalimat mengenai pemahaman mereka mengenai butir atau tugas yang sedang dibahas (misalnya masalah, tujuan proyek, dan lain-lain).
3. Memilih luasan
Kalimat ditempatkan di papan tulis dan dikelompokkan. Keharmonisan pemahaman serta pengalihan dari konsensus menjadi jelas – dan menjadi butir-butir diskusi untuk klarifikasi lebih lanjut.
Ø Membangun
konsensus harus dilakukan dalam kelompok yang tidak merasa terancam oleh
hirarki apapun dalam kelompok tersebut.
Ø Peserta
tidak boleh merasa terintimidasi namun harus merasa bahwa mereka duduk
mengelilingi meja dalam posisi yang sejajar
Konflik
Konflik
berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua
orang atau lebih dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya
Ada
beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli :
•
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis
(1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam
berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan,
kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan.
•
Menurut Gibson, et al (1997: 437),
hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat
pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen
organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja
sama satu sama lain
•
Dipandang sebagai perilaku, konflik
merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual,
interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik
ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan
stres.
•
Menurut Minnery (1985), Konflik
organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain
berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
•
Konflik dalam organisasi sering terjadi
tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon
terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain
yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).
•
Konflik merupakan ekspresi pertikaian
antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena
beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan
antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace
& Faules, 1994:249).
•
Konflik dapat dirasakan, diketahui,
diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi (Folger & Poole: 1984).
•
Konflik senantisa berpusat pada beberapa
penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber – sumber yang
dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat
(Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart, 1993:341).
•
Interaksi yang disebut komunikasi antara
individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan
konflik dalam level yang berbeda – beda (Devito, 1995:381)
•
Robbin (1996: 431) mengatakan konflik
dalam organisasi disebut sebagai The Conflict Paradoks, yaitu pandangan
bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di
sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk meminimalisasikan
konflik
Pandangan
The Conflict Paradoks dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
•
Pandangan tradisional (The
Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang
buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik
disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik
ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang
kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk
tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
•
Pandangan hubungan manusia (The Human
Relation View). Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu
peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik
dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok
atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota.
Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna
mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik harus
dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam
tubuh kelompok atau organisasi.
•
Pandangan interaksionis (The
Interactionist View). Pandangan ini cenderung mendorong suatu kelompok atau
organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang
kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak
aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik
perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap
anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan kreatif.
Stoner
dan Freeman (1989:392) membagi pandangan menjadi dua bagian, yaitu
•
Pandangan tradisional. Pandangan
tradisional menganggap bahwa konflik dapat dihindari. Hal aini disebabkan
konflik dapat mengacaukan organisasi dan mencegah pencapaian tujuan yang
optimal. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang optimal, konflik harus
dihilangkan. Konflik biasanya disebabkan oleh kesalahan manajer dalam merancang
dan memimpin organisasi. Dikarenakan kesalahan ini, manajer sebagai pihak
manajemen bertugas meminimalisasikan konflik.
•
Pandangan modern. Konflik tidak dapat
dihindari. Hal ini disebabkan banyak faktor, antara lain struktur organisasi,
perbedaan tujuan, persepsi, nilai – nilai, dan sebagainya. Konflik dapat
mengurangi kinerja organisasi dalam berbagai tingkatan. Jika terjadi konflik,
manajer sebagai pihak manajemen bertugas mengelola konflik sehingga tercipta
kinerja yang optimal untuk mencapai tujuan bersama.
Konflik
menurut Myers konflik dipahami berdasarkan dua sudut pandang, yaitu:
•
Dalam pandangan tradisional, konflik
dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari. Pandangan ini sangat
menghindari adanya konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya
suatu kelompok atau organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan
kemarahan, agresivitas, dan pertentangan baik secara fisik maupun dengan
kata-kata kasar. Apabila telah terjadi konflik, pasti akan menimbulkan sikap
emosi dari tiap orang di kelompok atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan
konflik yang lebih besar. Oleh karena itu, menurut pandangan tradisional,
konflik haruslah dihindari
•
Konflik didasarkan pada anggapan bahwa
konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis
interaksi manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam
konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak
hubungan antarpribadi bahkan merusak tujuan organisasi. Konflik dianggap
sebagai suatu hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu
hal yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu hal konstruktif untuk
membangun organisasi tersebut, misalnnya bagaimana cara peningkatan kinerja
organisasi.
Ada
tiga teori konflik yang menonjol dalam ilmu sosial :
•
Pertama adalah teori konflik C. Gerrtz,
yaitu tentang primodialisme
Primordialisme
berasal dari kata bahasa Latin primus yang artinya pertama dan ordiri
yang artinya tenunan atau ikatan
Primordialisme
adalah sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa
sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun segala
sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya
•
Kedua adalah teori konflik Karl. Marx,
yaitu tentang pertentangan kelas
Teori tentang pembentukan kelas
yang dimaksudkan Marx sebenarnya ada di dalam teori tentang pertentangan kelas
sebagai kekuatan yang menggerakkan perubahan sosial, dan model analisa
dialektik merupakan inti model bagaimana konflik kelas mengakibatkan perubahan
sosial.
Tentang pandangan Weber memang
tidak menolak adanya posisi ekonomi sebagai dasar kelas, hanya saja ia
menambahkan dua elemen lagi yaitu kehormatan kelompok status (status) dan
kekuasaan politik (party). Artinya semua orang tahu bahwa uang (ekonomi) saja
tidak cukup diterima di kalangan kelompok status berprestise tinggi. Latar
belakang keluarga dan sejarah juga penting. Ketiga dimensi ini bisa tumpang
tindih dengan salah satu atau keduanya dengan banyak situasi, namun secara
analitis berbeda dan bisa berdiri sendiri.
•
Ketiga adalah teori konflik James Scott,
yaitu tentang Patron Klien
Istilah ‘patron’ berasal dari
ungkapan bahasa Spanyol yang secara etimologis berarti ‘seseorang yang memiliki
kekuasaan (power), status, wewenang dan pengaruh’ .
Sedangkan klien berarti ‘bawahan’ atau orang yang diperintah dan yang disuruh. Selanjutnya, pola hubungan patron-klien merupakan aliansi dari dua kelompok komunitas atau individu yang tidak sederajat, baik dari segi status, kekuasaan, maupun penghasilan, sehingga menempatkan klien dalam kedudukan yang lebih rendah (inferior), dan patron dalam kedudukan yang lebih tinggi (superior). Atau, dapat pula diartikan bahwa patron adalah orang yang berada dalam posisi untuk membantu klien-kliennya .
Pola relasi seperti ini di Indonesia lazim disebut sebagai hubungan bapak-anak buah, di mana bapak mengumpulkan kekuasaan dan pengaruhnya dengan cara membangun sebuah keluarga besar atau extended family. Setelah itu, bapak harus siap menyebar luaskan tanggung jawabnya dan menjalin hubungan dengan anak buahnya tersebut secara personal, tidak ideologis dan pada dasarnya juga tidak politis. Pada tahap selanjutnya, klien membalas dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan kepada patron.
Sedangkan klien berarti ‘bawahan’ atau orang yang diperintah dan yang disuruh. Selanjutnya, pola hubungan patron-klien merupakan aliansi dari dua kelompok komunitas atau individu yang tidak sederajat, baik dari segi status, kekuasaan, maupun penghasilan, sehingga menempatkan klien dalam kedudukan yang lebih rendah (inferior), dan patron dalam kedudukan yang lebih tinggi (superior). Atau, dapat pula diartikan bahwa patron adalah orang yang berada dalam posisi untuk membantu klien-kliennya .
Pola relasi seperti ini di Indonesia lazim disebut sebagai hubungan bapak-anak buah, di mana bapak mengumpulkan kekuasaan dan pengaruhnya dengan cara membangun sebuah keluarga besar atau extended family. Setelah itu, bapak harus siap menyebar luaskan tanggung jawabnya dan menjalin hubungan dengan anak buahnya tersebut secara personal, tidak ideologis dan pada dasarnya juga tidak politis. Pada tahap selanjutnya, klien membalas dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan kepada patron.
Faktor
penyebab konflik :
•
Perbedaan individu, yang meliputi
perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang
unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda
satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau
lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab
dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman,
tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu
karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
•
Perbedaan latar belakang kebudayaan
sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan
terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan
pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu
yang dapat memicu konflik.
•
Perbedaan kepentingan antara
individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian
maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk
tujuan yang berbeda-beda.
•
Perubahan-perubahan nilai yang
cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim
dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan
mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Perubahan-perubahan ini, jika terjadi secara cepat atau mendadak, akan membuat
kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya
penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan
kehidupan masyarakat yang telah ada.
Menurut
Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6 macam : Menurut
Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6 macam :
•
Konflik antara atau dalam peran sosial
(intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi
(konflik peran (role))
•
Konflik antara kelompok-kelompok sosial
(antar keluarga, antar gank).
•
Konflik kelompok terorganisir dan tidak
terorganisir (polisi melawan massa).
•
Konflik antar satuan nasional (kampanye,
perang saudara)
•
Konflik antar atau tidak antar agama
•
Konflik antar politik
Hasil
dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
•
meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok
(ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
•
keretakan hubungan antar kelompok yang
bertikai.
•
perubahan kepribadian pada individu,
misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
•
kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa
manusia.
•
dominasi bahkan penaklukan salah satu
pihak yang terlibat dalam konflik.
•
Contoh konflik :
•
Konflik Vietnam berubah menjadi perang.
•
Konflik Timur Tengah merupakan contoh
konflik yang tidak terkontrol, sehingga timbul kekerasan. Hal ini dapat dilihat
dalam konflik Israel dan Palestina.
•
Konflik Katolik-Protestan di Irlandia
Utara memberikan contoh konflik bersejarah lainnya.
•
Banyak konflik yang terjadi karena
perbedaan ras dan etnis. Ini termasuk konflik Bosnia-Kroasia, konflik di
Rwanda, dan konflik di Kazakhstan
Tindakan
Sosial
•
Tindakan sosial sebagai tindakan yang
dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan yang dipengaruhi orang lain
•
Menurut Max Weber, tindakan
sosial dapat digolongkan menjadi empat kelompok (tipe),yaitu :
•
a. Tindakan Rasional Instrumental
Tindakan
ini dilakukan seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang
digunakan dengan tujuan yang akan dicapai. Misalnya guna menunjang kegiatan
belajarnya dan agar bisa memperoleh nilai yang baik, Fauzi memutuskan untuk
membeli buku-buku pelajaran sekolah daripada komik.
•
b. Tindakan Rasional Berorientasi
Nilai
Tindakan
ini bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang hendak
dicapai tidak terlalu dipentingkan oleh si pelaku. Pelaku hanya beranggapan
bahwa yang paling penting tindakan itu termasuk dalam kriteria baik dan benar
menurut ukuran dan penilaian masyarakat di sekitarnya. Misalnya menjalankan
ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing.
•
c. Tindakan Tradisional
Tindakan
ini merupakan tindakan yang tidak rasional. Seseorang melakukan tindakan hanya
karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tanpa menyadari alasannya atau
membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan dan cara yang akan
digunakan. Misalnya berbagai upacara adat yang terdapat di masyarakat.
•
d. Tindakan Afektif
Tindakan
ini sebagian besar dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa
pertimbangan-pertimbangan akal budi. Seringkali tindakan ini dilakukan tanpa
perencanaan matang dan tanpa kesadaran penuh. Jadi dapat dikatakan sebagai
reaksi spontan atas suatu peristiwa. Contohnya tindakan meloncat-loncat karena
kegirangan, menangis karena orang tuanya meninggal dunia, dan sebagainya.